Jumat, 10 Mei 2024

Makna Baju Surjan adat jawa Baju Takwa Baju Pepadang

 ๐—•๐—ฎ๐—ท๐˜‚ ๐—”๐—ฑ๐—ฎ๐˜, ๐—ฆ๐˜‚๐—ฟ๐—ท๐—ฎ๐—ป, ๐—ง๐—ฎ๐—ธ๐˜„๐—ฎ , ๐—Ÿ๐˜‚๐—ฟ๐—ถ๐—ธ, ๐—ฆ๐—ถ๐—ฟ๐—ผ๐—ผ๐—ท๐—ฎ๐—ป-๐—บ๐—บ๐˜‚๐—ป๐—ถ๐—ถ๐—ฟ๐—ผ๐—ผ.





" Dondomono Jrumatono Kanggo sebo Mengkosore , ๐Œ๐ฎ๐ฆ๐ฉ๐ฎ๐ง๐  ๐๐š๐๐š๐ง๐  ๐‘๐ž๐ฆ๐›๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ž "


Telah Kita Ketahui bahwa ada  begitu banyak  Jenis motif Fungsi  dan makna tersendiri pada Baju adat,kususnya Baju adat Versi Jawa. Namun demikian Jika dilihat dari Fungsinya , singkatnya baju adat hanya terdiri dari 2 Versi saja :


1. Baju adat untuk acara acara kusus / baju formal yang meliputi : beskep ,blangkon, Jarik,slop ,stegen,ikat pinggang ,keris dan aksesoris lainnya.


2. Baju Surjan, adalah pakaian adat untuk pakaian sehari hari , bisa buat Tani, dagang, atau kerjabakti.


Baju surjan juga Biasa Disebut Baju Lurik Karna adanya motif garis garis lurus yang sejajar. Motif ini melambangkan kata furqan yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti pemisah atau pembeda, 


" Manusia Memandang kebaikan dan keburukan Dengan kedua Matanya, Artinya 2 pandangan sisi Baik dan Buruk. di dalam kebaikan ada keburukan dan didalam keburukan juga ada kebaikan, manusia Harus Melihat keduanya itu Agar terhindar dari sifat sifat Angkara Murka yang rusak Pandangan sebelahnya ( sifat dajjal) ".


Baju Surjan Didesain dan dipakai pertama kali oleh Kangjeng Sunan kalijaga, Kata surjan berasal dari "siroojammuniiiroo" ( pada surah Al ahzab ayat 46 )

Siroojan jika diterjemahkan dalam bahasa jawa Artinya pepadhang dan muniiroo berarti Madangi, artinya Cahaya yang menerangi.


Selain itu pada Baju Surjan Yang Mengikuti Pakemnya juga terdapat kancing Tiga pasang di bagian leher depan, jika dijumlahkan terdapat 6 buah kancing yang melambangkan Rukun Iman . Sedangkan pada lengan kanan dan kiri juga terdapat 5 buah kancing yang melambangkan Rukun Islam.


Pada bagian dada dekat perut, terdapat 3 kancing yang tertutup melambangkan 3 nafsu pada diri manusia yang harus dikendalikan ( Bahimah, Lauwamah dan Syaithoniah ).


Selain Itu Baju Surjan juga Sering disebut sebagai ๐๐š๐ฃ๐ฎ ๐“๐š๐ค๐ฐ๐š , hal ini jika dikulik dari sejarah dan Makna pada setiap Bagiannya, Sebagai Pepeling kepada Gusti kang Maha Luhur dalam Kehidupan Sehari hari......


Baju surjan/ takwa/lurik adalah pakaian adat untuk sehari hari

Sedangkan Baju Adat versi formal adalah: Do'a dengan Wujud Benda yang Hanya kita pakai dalam Acara acara tertentu saja, Sama Sepertihalnya Doa dan Harapan dengan Lisan , jika setiap Waktu Hanya disibukan Berdoa dengan lisan saja.


Oleh karna Itu berdoa juga Bukan Hanya dengan Wujud lisan saja, tetapi juga ada Doa di dalam perbuatan, agar Bisa berdoa dalam Setiap pekerjaannya : 


Baju surjan pakaian sehari hari adalah doa sehari hari di dalam Niat , Tegese Niat: " Kesadaran Hati dan Fikiran Bersamaan dengan Tindakan dan perbuatannya "


~ Padang Bulan, Pancasukma 7 mei 2024

Asal Usul Bumi Jawa Digantara Nusantara Yavadvipam Jawadwipa

 ๐—”๐˜€๐—ฎ๐—น ๐—จ๐˜€๐˜‚๐—น ๐—•๐˜‚๐—บ๐—ถ ๐—๐—ฎ๐˜„๐—ฎ / ๐—ฑ๐—ถ๐—ด๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ/ ๐—ก๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ / ๐—ฑ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฝ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ / ๐˜†๐—ฎ๐˜ƒ๐—ฎ๐—ฑ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฝ๐—ฎ /๐˜†ฤ๐˜„๐—ฎ๐—ฑ๐˜„ฤซ๐—ฝ๐—ฎ / ๐—๐—ฎ๐˜ƒ๐—ฎ / ๐—ท๐—ฎ๐˜„๐—ฎ.


"Pulau padi-padian yang  dihuni oleh Orang-orang Suci , pulau dengan Tujuh Kerajaan yang dipimpin oleh Raja-raja Bijaksana."



Mpu Prapanca menyebutkan  dalam Kakawin  Nagarakertagama, pupuh 1.3.  Sebagai berikut :


"san sri natha ri wilwatikta๏ฟฝhaji rajasanagara wisesa bhupati, ๏ฟฝsaksat janma bhataracnatha ๏ฟฝsira n anhilanaken i kalenkan in praja, ๏ฟฝhentyan bhumi jawatibhakti๏ฟฝmanukula tumuluy i teken digantara."


Artinya : "Sang Maharaja di Wilwatikta Raja Rajasanagara yang sangat masyhur kekuasaannya, dia bagaikan jelmaan Bathara Natha yang menyirnakan kesengsaraan rakyatnya, seluruh bumi Jawa tunduk dan berbakti hingga sampai seluruh penjuru negeri lainnya", Kakawin  Nagarakertagama. (Teks Asli dan Terjemahan Yogyakarta: Narasi, 2018, halaman 23).


Bila Mpu Prapanca dalam Nagarakertagama menyebut wilayah Nusantara dengan sebutan "bhumi Jawa" dan "digantara", maka penyair Kalidasa yang hidup pada abad ke-4 M juga menyebutkan kawasan ini dengan sebutan "dvipantara" yang merujuk pada kawasan Nusantara, yang dalam Kakawin  Nagarakertagama. Para penghuni kawasan ini disebut "won Nusantara", (lihat Prof. Mukunda Madhava Sharma. Denpasar: Vyasa Sanggraha, 1985, halaman 6).


Dalam kitab Veda Ramayana, bagian Kiskinda-khanda 40:30 disebutkan: yatnavanto Yava-dvipam๏ฟฝsapta rajyopa-sobhitam ("Selanjutnya kalian akan memasuki wilayah pulau Jawa yang termasyhur, dan terdiri atas tujuh kerajaan")


Orang jaman dulu menyebutnya yava dvipam /yavadviap /yฤwadwฤซpa. secara harfiah merujuk pada "pulau jelai". Kata yฤwa /yava berarti jelai yang merupakan anggota suku padi-padian (melingkupi tumbuhan seperti padi, gandum, jagung, sorgum (cantel), jawawut (Setaria italica), dan jali (Coix lacryma-jobi). Adapun kata dvipam / dvipa/ dwฤซpa  artinya "pulau". Istilah ini kemudian ditransliterasi oleh bangsa Barat (Yunani )menjadi Iabadiu (แผธฮฑฮฒฮฑฮดฮนฮฟแฟฆ), dengan pengertian yang sama: laba (jelai) dan diu (pulau).





istilah Yava-dvipam merupakan istilah asli bhs Sanskrit yang kemudian mengalami proses Jawanisasi menjadi "yawa-dwipa" yang artinya "pulau Jawa" Hingga datang belanda membawa bahasanya menuliskan Yawa menjadi "Java" karena J disebut Y dan V sebagai U ,maka secara teknis seharusnya penulisan jaman sekarang yang benar adalah " Yaua" .??






Namun dalam  surat Aceh kepada Ottoman orang Aceh menulisnya dengan  "Jawa"  bukan "Yawa" . Begitupun sejak pasca-Islam, penerbit kitab-kitab Islam berbahasa Arab di Timur Tengah, misalnya Mustafa al-Babi al-Halabi (Kairo, Mesir), Dar al-Kutub Ilmiyyah dan Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi (Beirut, Lebanon), telah menerbitkan Tafsir Al-Jalalayn bil Lughah Al-Jawi (lit. "Tafsir Jalalayn dalam terjemahan bahasa Jawa"). Fakta ini sekaligus menandai eksistensi popularitas wacana bahasa Jawa-Kitabi di ranah internasional sebagai bahasa akademik, terutama di kalangan para akademisi Islam dan para ulama di Timur Tengah. lihat M Ali, Urgensi Bahasa Jawa-Kitabi sebagai Identity Marker Kitab-kitab Turats Al-'Arabi di Pesantren Jawa Timur (Elmatera, 2012, halaman 59-60)


~ Kebumen, Jumat 10 mei 2024 ๐™‹๐™–๐™ฃ๐™˜๐™– ๐™Ž๐™ช๐™ ๐™ข๐™– ๐™‹๐™ช๐™จ๐™–๐™ ๐™–.







Rabu, 01 Mei 2024

Syeikh lemah Abang



๐— ๐—”๐—ง๐—œ ๐—ฆ๐—”๐—ž๐—๐—ฅ๐—ข๐—ก๐—œ๐—ก๐—š ๐—จ๐—ฅ๐—œ๐—ฃ 

๐—จ๐—ฅ๐—œ๐—ฃ ๐—ฆ๐—”๐—ž๐—๐—ฅ๐—ข๐—ก๐—œ๐—ก๐—š ๐— ๐—”๐—ง๐—œ.

(๐—ž๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ผ ๐˜€๐—ผ๐˜„๐—ผ)





๐— ๐—”๐—ง๐—œ ๐—ฆ๐—”๐—ž๐—๐—ฅ๐—ข๐—ก๐—œ๐—ก๐—š ๐—จ๐—ฅ๐—œ๐—ฃ 

๐—จ๐—ฅ๐—œ๐—ฃ ๐—ฆ๐—”๐—ž๐—๐—ฅ๐—ข๐—ก๐—œ๐—ก๐—š ๐— ๐—”๐—ง๐—œ.

(๐—ž๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ผ ๐˜€๐—ผ๐˜„๐—ผ, Syeikh Lemah Abang )


Bliau Tidak Punya Aliran, juga tidak Mendoktrin Siapapun. Cerita miring yang Simpang Siur itu Hanya fitnah dari konflik keadaan  Politik yang "memanas" dizaman Itu ,  tentu keadaan Seperti itu akan Melibatkan Tokoh tokoh yang paling  Berpengaruh pada Rakyatnya. 


Ini Konflik Politik tidak ada Kaitannya dengan Wali wali Lainnya , 


Apalagi Syekh  Ini Tidak Pilah Pilih dalam "Mengajarkan"  , dari Kalangan rakyat kecil sampai kaum Bangsawan Bliau Terbuka Untuk Umum,  sehingga Namanyapun lebih Cepat Masyhur dan banyak Mendapatkan Pengikut,  Memberi pengaruh Besar didalam bahkan diluar  Wilayahnya.


Sebaliknya Dari sisi yang lain Sudah Menjadi sejarah yang diulang ulang hingga saat ini  , jika Tokoh tokoh besar yang setatusnya memiliki Pengaruh dimasyarakat akan ikut kena imbas Masalah Politik  , apalagi bliau ini  tidak pilah Pilih dan Mudah Akrab kepada siapapun, Tidak Terkecuali Kepada Kiageng Pengging sendiri  yang statusnya sebagai Murid bliau.


Kondisi politik yang sedang Campur bawur antar Kerajaan itulah ditambah Kesalah pahaman Pemerintah Melihat Keakraban Bliau dengan Kiageng Pengging  Yang menjadi alasan  Utama Masalah politik yang semakain Menjadi jadi .


Jauh Berbeda Dengan Cerita yang Terjadi Di Film film, Televisi dan Perfilman Yang awalnya Untuk Menghibur masyarakat, justru Dianggap Srius dan membekas Sampai Saat ini, Banyak Yang Mengira Bahsa Syeikh Siti Jenar Dihukum Penggal Oleh 9 wali Karna Ajarannya Yang Menyimpang.


kalauoun Jika blau dihukum karna Ajarannya yang Menyimpang Seharusnya Sudah dilakukan dari Dulu ( sebelum bliau Ke pengging).

Ditambah Hukuman Mati Bukanlah  Ranah Walisongo, 


dalam Suatu Wilayah/kerajaan Hukuman Mati Sepenuhnya sebagai Hak ,keputusan, Kapasitas,  dan tanggung jawab  seorang Raja. Rajalah yang Bertanggung jawab Atas semua Itu.


Sebaliknya Hubungan Walisongo dan Syeikh Siti Jenar Nyata nyata Justru  Terjalin  Sangat Erat .


Terkait Dengan apa Yang Bliau Ajarkan, 

Tiada yang Syeikh Jalani dan Ajarkan selain ISLAM ! Sama seperti apa yang diajarkan oleh 9 wali.



Beberapa cuplikan wejangan Raden san Ali / Hasan Ali / syeikh lemah abang  yang dikemas , disingkat, dan di translate dalam Bahasa indonesia Agar lebih mudah dimengerti .


dalam wejangannya disebutkan ada 3 tingkatan dalam Penerapan Islam.


Yang pada intinya :

1.-berisi tentang Islam Sebagai institusi,

2.-Sebagai subtansi

3.-Sebagai esensi


Yang dijabarkan:


1.Pertama purwo dicapai dgn  "Mituhu" menundukkan keinginannya kpd Kehendak tasyri' yaitu " ๐๐ž๐ซ๐ข๐ง๐ญ๐š๐ก ๐๐š๐ง ๐‹๐š๐ซ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐†๐ฎ๐ฌ๐ญ๐ข "


2. kedua madyo di capai dgn  ๐— ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป  (sumerah) pada kehendak takwin yaitu Taqdir.


3. ketiga wusono/paripurno di capai dgn  ๐Œ๐ž๐ฅ๐ž๐›๐ฎ๐ซ๐ค๐š๐ง ๐ค๐ž-๐š๐ค๐ฎ๐š๐ง dalam ketunggalan keberadaan-Nya.


Pada Tingkat Paripurno inilah  dawuh Syeikh  yg di maksud memenuhi  "udkhulu fissilmi kaffah"  (kumelem jroning samudro tauhid sesuai dengan surah Al Baqoroh ayat  208 ).


Untuk mencapai paripurno tersebut,seorang murid/salik mengikuti ajaran Syekh dengan menjalani ๐—–๐—ฎ๐˜๐˜‚๐—ฟ ๐˜„๐—ถ๐˜„๐—ผ๐—ฟ๐—ผ ๐—ช๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐˜ empat lorong yg sempit dan tidak Mudah .

"๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ท๐—ฟ๐—ผ๐—ป๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—จ๐—ฟ๐—ถ๐—ฝ , ๐—จ๐—ฟ๐—ถ๐—ฝ ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ท๐—ฟ๐—ผ๐—ป๐—ถ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ "

Mati dalam kehidupan  supaya bisa hidup mulia didalam kematian .


Lelakunya ada  4 : 


1. Memandikan diri sebelum di mandikan ( bertaubat sebenar benarnya Taubat / Taubatan Nasuha )


2. Mengkafani diri sebelum dikafani 

Memakai Baju Surjan/ Baju taqwa adat Jawa  ,  yang artinya  berserah diri kpd Gusti .


3. Mendirikan  sembahHyang sebelum disembahHyangi ,yaitu ibadah wajib dan  Ibadah wustho/daim.


4. Menguburkan diri sebelum di kuburkan.

yakni menenggelamkan keakuan dlm samudra tauhid " Dengan banyak SUJUD".


Itu juga  yg menjadi inti laku "JALAN SOLUSI "   yang di ajarkan oleh Syekh Jalil, Syeikh San Ali / Hasan Ali ,  


Dipadepokannya  yg di beri nama " KRENDO SOWO"  (๐—ž๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ ๐—ž๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ป ).



Lare ndusun Kebon Jambe

Garda muda Senopaten

Kamis 2 Mei 2024.

 

Selasa, 30 April 2024

Meditasi Leluhur Mantra Doa doa Kuno Setelah Membersihkan Pusaka.

 ๐—ช๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐—ฑ ๐—”๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ด / ๐—ฆ๐—ถ๐—ฑ๐—ถ๐—ธ๐—ผ๐—ฟ๐—ผ ๐—ฝ๐˜‚๐˜€๐—ผ๐—ธ๐—ผ

 ๐—•๐˜†.๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ ๐—ฆ๐˜‚๐—ธ๐—บ๐—ฎ ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ



๐—ช๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐—ฑ ๐—”๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ด ๐—ฆ๐—ถ๐—ฑ๐—ถ๐—ธ๐—ผ๐—ฟ๐—ผ ๐—ฝ๐˜‚๐˜€๐—ผ๐—ธ๐—ผ Terdiri Dari :

๐—”. ๐—ฃ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ ,

๐˜†๐—ฎ๐—ธ๐—ป๐—ถ ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—บ๐—ถ ๐—ง๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฎ๐—ธ๐—ป๐—ฎ ๐—ฆ๐—ถ๐—ฑ๐—ถ๐—ธ๐—ผ๐—ฟ๐—ผ ๐—ฝ๐˜‚๐˜€๐—ผ๐—ธ๐—ผ .

๐—•. ๐ˆ๐ง๐ญ๐ข ๐— ๐—ฒ๐—ฑ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ ( ๐—ผ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—•๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ป ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—™๐—ถ๐—ธ๐—ถ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป )

*๐—ก๐—ถ๐—ฎ๐˜ ๐—œ๐—ป๐—ด๐˜€๐˜‚๐—ป ๐—ฆ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ , ๐—ฆ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ ๐—ก๐—ถ๐—ฎ๐˜ ๐—œ๐—ป๐—ด๐˜€๐˜‚๐—ป

* ๐—ฆ๐—ถ๐—ฟ ๐—ฅ๐—ฎ๐—ต๐˜€๐—ผ ๐—–๐—ฎ๐—ต๐˜†๐—ผ๐—ป๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ฅ๐—ฎ๐˜€๐—ผ , ๐— ๐˜‚๐˜ ๐— ๐—ผ๐˜†๐—ผ ๐—ง๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ป๐—ถ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ผ๐˜†๐—ผ

*๐—›๐—ผ๐—ป๐—ด ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฆ๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—•๐—ฎ๐˜„๐—ผ๐—ป๐—ผ ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ด ,๐—š๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ผ๐—บ๐—ผ๐—ป๐—ผ ๐—š๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ผ๐—บ๐—ฎ๐˜€๐˜๐˜‚๐˜๐—ถ ,๐—ข๐—ป๐˜๐—ผ๐˜„๐—ถ๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ผ ๐— ๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ผ,๐—˜๐˜€๐˜๐—ถ ๐—ง๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐—ธ ๐˜€๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ต๐—ฒ๐—ป๐—ด .

๐—–. ๐—ž๐—ถ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ด ๐—ฅ๐˜‚๐—บ๐—ฒ๐—ธ๐˜€๐—ฎ ๐—œ๐—ป๐—ด ๐—ช๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ถ

๐——. ๐——๐—ต๐˜‚๐—ต ๐—š๐˜‚๐˜€๐˜๐—ถ ๐—›๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ผ๐—ต๐—ผ ๐—ž๐˜‚๐—ผ๐˜€๐—ผ ๐—ž๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ผ ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฑ๐˜‚๐—ธ๐—ผ ๐—›๐—ฎ๐—ป๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ป ๐—š๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐˜‚๐—น๐—ผ. ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ฑ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐——๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ฑ ๐—ž๐—ฎ๐˜€๐˜‚๐—ป๐˜†๐—ฎ๐˜๐—ฎ , ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฒ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฑ๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ด , ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ต ๐——๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—š๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—œ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ถ๐—ต ๐—ฆ๐—ฎ๐—ด๐—ฒ๐—ฑ๐—ผ ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐˜‚๐—น๐—ผ ๐—›๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฟ๐—ฎ๐—ผ๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฒ๐—ป ๐— ๐˜‚๐—ธ๐—ท๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—š๐˜‚๐˜€๐˜๐—ถ ๐—›๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ผ๐—ต๐—ผ ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐—ผ๐˜€๐—ผ

๐—˜ . ๐— ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฟ๐—ฎ ๐—–๐—ฎ๐—ฟ๐—ผ๐—ธ๐—ผ ๐—ช๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ธ

๐Ÿ. ๐‘๐š๐ฃ๐š๐ก ๐Š๐š๐ฅ๐š๐œ๐š๐ค๐ซ๐š 

๐†. ๐’๐š๐ฌ๐ญ๐ซ๐š ๐๐ž๐๐ก๐š๐ญ๐ข

๐‡.๐ฒ๐š๐ฆ๐ฎ๐ค๐ข๐ง๐ข๐ง๐ฎ

๐ˆ.๐˜๐š๐ค๐š๐ฅ๐š๐ฒ๐ฎ

๐‰.๐๐ž๐ง๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฉ ( ๐๐ž๐ซ๐๐จ๐š ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฒ๐š๐ค๐ข๐ง๐š๐ง ๐Œ๐š๐ฌ๐ข๐ง๐  ๐ฆ๐š๐ฌ๐ข๐ง๐  )


***************


๐—”. ๐—ฃ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ

I.   ๐—ฆ๐—ถ๐—ฑ๐—ถ๐—ธ๐—ผ๐—ฟ๐—ผ ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ 

Sidikoro pusoko Adalah Mendoakan Pusaka, yang Biasa dilakukan Setelah Jamasan ( Membersihkan Pusaka ) di bulan Suro.

Sedangkan Inti dari sidikoro pusoko sendiri bukan hanya untuk membersihkan  Pusaka yang ada  diluar diri  saja ( Keris Tombak pedang bethok dan sebagainya ) tetapi juga Membersihkan Pusaka yang ada di dalam Diri sendiri ( Jiwa, Rasa, Hati Nurani, dan juga fikiran ) .


II.   ๐—•๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—•๐—ถ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ.

Biasa dilakukan Pada Bulan Suro atau dalam Bahasa lamanya adalah Bodro warno artinya awalan becik/ wiwitan becik,

" Bodro warno adalah awalan yang baik untuk memulai sesuatu Yang Baik, dan awalilah dengan Kebaikan kebaikan" 

Doa doa dengan harapan Baik, doa doa dengan Penuh rasa syukur , diadakanlah Kendurian , Slametan, Tumpengan, dan sebagainya Yang Intinya adalah sodaqoh Belajar Ikhlas Untuk Bersedekah, Ini semua adalah Bagian dari Budaya.


III. ๐—ฃ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ๐—ง๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—•๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐—ก๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ

Hutan adalah Tempat Pertama Kali  Manusia Mengenal Budaya,  Pada awalnya Budaya Hanya untuk Pembeda antara Hewan dan Manusia.

Berkembang dengan Penanaman Budi Pekerti yang luhur untuk kemaslahatan bersama , dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan. Dengan Sarananya / kendaraannya / yang Berisi aturan aturan yang lazim disebut adat , waktu yang dijalankan Mulai dari leluhur diwariskan sampai saat ini jadilah Tradisi . 

Budaya adalah Buah dari Itu semua, Mengajarkan tentang Kemanusiaan dan Juga Keyakinan Terhadap Adanya Tuhan.


Budaya Bukanlah milik Agama ,Oragnisasi , Keyakinan,ataupun kelompok tertentu.

Budaya Nusantara Adalah Milik Orang orang Nusantara 


Budaya adalah Buah Pemahaman Budi. Pemahaman Budi Artinya Mengerti Lahir dan Batin secara Bersamaan Bersama Tuntunan Hidup. Siapa yang Hidup berlandaskan Budaya akan memperoleh Kemulyaan dan pembawaan yang Baik.  Sebelum Orang Nusantara Mengenal Agama , Kita sudah lebih Dulu Matang tentang Adab ,Budi Pekerti dan Mayakini Tentang Adanya Tuhan.


Sehingga setelah datang Kabar Agama ( Hindu, budha, islam, kristen ,katolik )  Budaya Mampu Beradaptasi , dan Harmonis Kepada Agama yang dianut Masing Masing. 


Karna budaya Nusantara  juga Mengajarkan Tentang Kemanusiaan dan Ketaatan Terhadap Tuhan dan Keyakinan Masing masing.


Apa Kuwi Budaya ??? Apa itu Budaya ???

"Budaya yaiku woh pangolahing budi. Pangolah budi tegese makarti lair lan batin bebarengan minangka tuntunane urip. Sapa sing urip lelandhesan budaya bakal antuk pangaribawa lan wibawa kang becik."

~ Sri susuhunan Paku Buwono ( PB ) X



" kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara yang kaya raya iniโ€

~ K.H. Abdurrahman Wahid.



IV.     ๐—•๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ฝ๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ๐—•๐˜‚๐—ฑ๐—ต๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ธ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ถ

Filosofi Merawat Pusaka Adalah Merawat Hati Nurani Kita sendiri, Tujuan membersihkan pusaka adalah membersihkan pusaka inti di dalam diri.


V.     ๐—๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ป / ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ

Sepertihalnya pusaka yang Memiliki 2 bagian penting: ada wadah dan juga isi. Wadah ibarat tubuh kita sedangkan isi adalah Hati Nurani / Fikiran / Naluri / insting/prasangka/dan semangat kita , yang sering Kita Lupa untuk Membersihkan.

Sehingga Merawat pusaka disini Hanya tembung sanepan atau Kata perumpaman saja , sebagai pengeling eling.


Sepertihlnya Besi yang Bisa Nieng /Berkarat begitupun dengan Hati dan fikiran juga bisa berkarat . Buruk sangka, perasaan iri , Sukar menerima Masukan dan Nasehat serta sifat sifat buruk lainnya adalah karat karat di dalam hati. , Oleh karna Itu Kita bersihkan bilah Pusaka Juga tidak melupakan untuk Membersihkan pusaka inti di dalam Diri..


VI.   ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—บ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ ๐——๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ช๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ถ ๐˜„๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ถ๐—ฎ๐—ป.

Mengharumkan Hati Nurani.

Selain membersihkan itu kita juga dianjurkan untuk Memberi wewangian pada pusaka dengan minyak wangi , artinya Mengisi/ Menanamkan Kebaikan kebaikan kepada Hati dengan hal hal yang Harum , Hal hal yang wangi, Hal hal baik yang bersifat Positif , seperti : Tirakatan, belajar sabar ,Belajar tawakal, Belajar Ngapuro kepada Orang lain, kita belajar Menghargai nikmat dan karunia dari Tuhan untuk lebih Bersyukur ,juga menghargai Orang orang disekeliling kita , lebih percaya ,lebih andap asor , lebih Welas asih, lebih cinta kasih, 

Itu adalah Tujuan mewangini Pusaka , Lain dengan Maksud memberi makan atau Tujuan diluar Kemurnian Budaya Nuswantara..


VII.    ๐—•๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐——๐˜‚๐—ฝ๐—ฎ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—ž๐—ฒ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—ป

Mewangini Fikiran kita.

Begitu Juga dengan Bakaran dupa atau Kemenyan, artinya Mewangini Mengisi fikiran kita dengan Ilmu ilmu yang Baik, dengan inspirasi yang baik, Membaca buku, Belajar, Tukar pikiran, Berdiskusi dengan Orang lain, dan lebih Optimis.


 Dengan lebih Optimis semoga Akan banyak berkah tuhan yang akan kita terima Kedepan , Harapan harapan Tercapai , dan doa doa yang Baik Dikabulkan.


Maka setelah pusaka itu di wangi wangini, Tidak lupa Juga Membacakan do'a do'a ,


Dijawa sendiri lebih dikenal dengan wirid Agung/ Sidikoro pusoko, Yang intinya mendoakan Pusaka yang Telah Kita Rawat, dengan Meditasi , dengan wirid, dan mantra ( doa doa dalam bahasa jawa Kuno)


Ini adalah Budaya " budi dan daya " atau hasil dari Pengolahan Budi pekerti para leluhur yang diwariskan Hingga saat ini, 

kalau sudah tersinggung dengan Urusan Agama alangkah baiknya Kita tanyakan kepada Ahli-ahli Agama atau kepada Guru masing masing, hal ini juga untuk Menjaga Kesakralan Agama panjenengan sendiri Agar tidak dikotori dengan Kebencian dan Perdebatan perdebatan yang Tidak Membangun. 


Sesuai dengan Judulnya " ๐—ช๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐—ฑ ๐—”๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ด " ini adalah Bahasa Nusantara, bahasa Persatuan , Berisi tentang ๐‘ด๐’†๐’…๐’Š๐’•๐’‚๐’”๐’Š Ketenangan Jiwa yang dumulai dari Pengosongan diri, artinya mengosongkan apa apa yang sudah terasa ruwet (Penuh) dihati dan fikiran, kemudian Intropeksi diri , Mengisi kembali dengan Semangat Baru serta hal hal yang baik .


Sebagai salah satu Budaya Peninggalan Leluhur yang Telah diteliti Oleh Banyak Ilmuwan, juga Telah terbukti manfaatnya. ๐‘ด๐’†๐’…๐’Š๐’•๐’‚๐’”๐’Š juga dapat diaplikasikan Sebagai Sarana Penyembuhan diri , dari dalam .


Semua Orang Boleh menjalankan ini dengan Keyakinannya Masing masing.


๐—•. ๐ˆ๐ง๐ญ๐ข ๐— ๐—ฒ๐—ฑ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ ( ๐—ผ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—•๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ป ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—™๐—ถ๐—ธ๐—ถ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป )

Berisi Tentang Olah Raga, Olah rasa, olah batin dan juga fikiran  ( MERFRES SEGALA SESUATU YANG TERASA PENUH / RUWET  Kemudian membangkitan Energi dengan Mengisi hal hal yang Baik, semangat yang Baru,keyakinan yang baru ,pada intinya adalah inteopeksi diri  ) .




"๐‘ฒ๐’‚๐’๐’•๐’Š ๐‘ฏ๐’†๐’๐’Š๐’๐’ˆ , ๐‘ฏ๐’†๐’๐’†๐’๐’ˆ , ๐‘ด๐’†๐’๐’†๐’‘ ๐‘น๐’๐’”๐’ ๐‘บ๐’–๐’“๐’‚๐’”๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ต๐’ˆ๐’‚๐’–๐’“๐’Š๐’‘,

๐‘ด๐’‚๐’๐’–๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’‚๐’ ๐‘ฑ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’… ๐‘จ๐’ˆ๐’†๐’๐’ˆ, ๐‘ด๐’‚๐’๐’–๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’‚๐’ ๐‘ฑ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’… ๐‘จ๐’๐’Š๐’•,

๐‘ด๐’‚๐’๐’–๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’‚๐’ ๐‘ช๐’Š๐’‘๐’•๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ซ๐’–๐’Ž๐’‚๐’…๐’Š ,

๐‘ด๐’‚๐’๐’‹๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘พ๐’๐’๐’•๐’†๐’ ๐‘ฎ๐’–๐’˜๐’ ๐‘ฎ๐’‚๐’“๐’ƒ๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’‚๐’๐’ˆ ๐‘ฐ๐’ƒ๐’–,

๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’Š๐’‰ ๐‘ฒ๐’‚๐’”๐’–๐’‹๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ท๐’‚๐’‘๐’‚๐’ ๐‘ซ๐’–๐’Ž๐’‚๐’…๐’Š.


 ๐‘บ๐’†๐’‹๐’‚๐’•๐’‚๐’•๐’๐’”๐’Š๐’‘๐’–๐’ ๐‘ผ๐’“๐’Š๐’‘ ๐‘บ๐’†๐’‹๐’‚๐’•๐’Š

๐‘ป๐’‚๐’๐’”๐’‚๐’‰ ๐‘ซ๐’–๐’Ž๐’–๐’๐’–๐’๐’ˆ ๐‘พ๐’๐’๐’•๐’†๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ณ๐’†๐’ƒ๐’†๐’•๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘จ๐’•๐’Š


๐‘ซ๐’–๐’‰ ๐’ˆ๐’–๐’”๐’•๐’Š ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’๐’ˆ ๐’”๐’†๐’‹๐’‚๐’•๐’Š, 

๐‘ด๐’‚๐’๐’‹๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘พ๐’๐’๐’•๐’†๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐’–๐’“๐’Š๐’‘ ๐‘ฎ๐’†๐’”๐’‚๐’๐’ˆ ๐‘ฒ๐’–๐’๐’. 

๐‘ฎ๐’–๐’”๐’•๐’Š .....๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’๐’ˆ ๐‘ป๐’‚๐’๐’”๐’‚๐’‰ ๐‘ต๐’ˆ๐’“๐’†๐’Œ๐’”๐’ ๐‘น๐’–๐’Ž๐’†๐’Œ๐’”๐’ ๐‘ฎ๐’†๐’”๐’‚๐’๐’ˆ๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ท๐’๐’“๐’ ๐‘ฒ๐’‚๐’˜๐’–๐’๐’ , ๐’Ž๐’‚๐’๐’‹๐’Š๐’๐’ˆ ๐’˜๐’๐’๐’•๐’†๐’ ๐‘ณ๐’†๐’ƒ๐’†๐’• ๐‘ฒ๐’๐’•๐’–๐’๐’†๐’๐’ˆ ๐‘ฑ๐’‚๐’๐’‚๐’.... ๐’๐’‚๐’‡๐’‚๐’”....๐’•๐’‚๐’‘๐’†๐’ ๐’‚๐’…๐’‚๐’Ž ... ๐‘ป๐’‚๐’๐’”๐’‚๐’‰ ๐’”๐’–๐’Ž๐’‚๐’Ž๐’ƒ๐’“๐’‚๐’‰ ๐’˜๐’๐’๐’•๐’†๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐’Œ๐’‚๐’‰๐’‚๐’๐’‚๐’ ๐‘ฑ๐’‚๐’•๐’Š . 


" ๐‘ต๐’‚๐’‘๐’‚๐’” ๐‘จ๐’๐’‚๐’‘๐’‚๐’” ๐‘ป๐’‚๐’๐’‚๐’‘๐’‚๐’” ๐‘ณ๐’–๐’‘๐’–๐’”."


Napas Artinya ๐๐ฎ๐š๐ง๐  ๐๐š๐Ÿ๐š๐ฌ, 

Anapas artinya ๐“๐š๐ซ๐ข๐ค ๐๐š๐Ÿ๐š๐ฌ, 

Tanapas Artinya ๐“๐š๐ก๐š๐ง ๐๐š๐Ÿ๐š๐ฌ, 

Lupus Artinya ๐๐ฎ๐š๐ง๐  ๐๐š๐Ÿ๐š๐ฌ.


 

1.titik fokus di Permono.


Napas (buang napas...)

Anapas (tarik Napas ...)

Tanapas ( tahan napas sebisa mungkin dengan memfokuskan ke Bagian Permono, letaknya di embun embun Kepala Kita).

Lupus ( Buang Napas perlahan lahan..... ) 


Ket : Begitupun cara seterusnya Sebanyak 7 titik yang akan kita lakukan, yang berbeda disini Hanya Titik fokusnya saja.

Ini sudah diajarkan oleh para leluhur , jauh sebelum para ahli meneliti tentang Manfaat mengatur nafas dalam dunia meditasi.


2.Titik kedua Letaknya di Kening ,tepat di tengah tengah dua alis mata.


Nafas Buang Nafas , 

Anapas tarik Napas , 

Tanapas Tahan Napas ,

Lupus buang Napas ,


3.Titik ketiga ada di tenggorokan Kita 


Napas Buang Napas 

Anapas tarik napas

Tanapas tahan napas 

Lupus buang napas 


4.Titik ke empat di dada Kita , Rasakan di tengah Tulang dada kita.


Napas buang napas 

Anapas tarik napas

Tanapas tahan napas 

Lupus buang napas 


(Atur napas kembali ....)


5. Titik ke lima diperut kita , rasakan uluhati saudara , fokuskan ,konsentrasikan Kepada titik diulu Hati .


Napas Buang napas

Anapas tarik napas 

Tanapas Tahan napas 

Lupus Buang Napas .....


6. Titik selanjutnya di telapak Tangan Kita , rasakan energi fokuskan Kepada kedua Telapak Tangan Kita


Napas Buang Napas 

Anapas Tarik Napas 

TANAPAS tahan Napas 

Lupus Buang Napas


7.Titik ke 7 di cakra bawah bagian tulang ekor , rapatkanlah kemaluan dan rapatkan dubur , tarik kedalam.


Jalal Buang Napas 

Anapas tarik napas

Tanapas tahan napas 

Lupus buang napas 


" ๐‘ฒ๐’‚๐’๐’•๐’Š ๐‘ต๐’š๐’†๐’ƒ๐’‚๐’• ๐‘จ๐’”๐’Ž๐’‚๐’๐’† ๐‘ฎ๐’–๐’”๐’•๐’Š ๐‘ฏ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’‚๐’Œ๐’‚๐’“๐’š๐’ ๐’‹๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’… ๐‘ฎ๐’–๐’”๐’•๐’Š ๐’€๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Ž๐’๐’‰๐’ ๐‘บ๐’–๐’„๐’Š, ๐‘ฎ๐’–๐’”๐’•๐’Š ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐‘ด๐’๐’‰๐’ ๐‘จ๐’ˆ๐’–๐’๐’ˆ , ๐‘ฎ๐’–๐’”๐’•๐’Š ๐’€๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Ž๐’๐’‰๐’ ๐‘ฒ๐’–๐’๐’”๐’...


(๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’  > dibaca 21 x)


" ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’, ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’, ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’, ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’, ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’, ๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’,๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’๐‘ต๐’Š๐’‚๐’• ๐’Š๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’ ๐’”๐’–๐’„๐’Š, ๐’”๐’–๐’„๐’Š ๐’๐’Š๐’‚๐’• ๐‘ฐ๐’๐’ˆ๐’”๐’–๐’."

********

Bahwa Yang Maha Suci Hanyalah Gusti Kang Akaryo Jagad. Aku Hanyalah Kawula Yang Penuh Dengan Kepalsuan, Sedangkan *Ing-sun*( aku di dalam) / ( atau * *๐—š๐˜‚๐˜€๐˜๐—ถ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ธ๐˜‚๐—ฝ๐—ถ ๐—ฆ๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—น๐—ฎ ๐—ฆ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐—ฎ๐˜๐˜‚) *๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ* dibalik segala Sesuatu Yang ๐—ฑ๐—ถ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป" , *๐—”๐—ฑ๐—ฎ* yang Melingkupi Setiap ๐—ž๐—ฒ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฎ๐—ป* .


Jika di dalam Pandanganku adalah *๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—œ๐—ป๐—ด๐˜€๐˜‚๐—ป*maka hilanglah Pandangaku Nyatalah Pandangan *๐—œ๐—ป๐—ด๐˜€๐˜‚๐—ป*.


kalau Ingin Melihat Tuhan Maka Lihatlah Mata sendiri, Kalu Masih Dengan Kaca ,maka lihatlah Dunia dan Seisinya.


  ....Ora ono Opo opo... anging Anane Alloh, Gusti Kang Moho Suci , Gusti kang Akaryo Jagad.

ingsun Yang Selalau Memiliki Sifat Baik, Langgeng ,permanen , Ingsun tidak akan Berubah Atau " datan Owah Gingsir "

Sedangkan Aku yang Tampak Ini Hanyalah Kawula Yang Penuh dengan Kepalsuan.

***************************



( Niat ingsun suci, suci Niat Ingsun ) kenapa dibaca 21 x ?

21 x disini memiliki filosofi waktu ayam mengerami Telur (selama 21 hari) , memiliki Makna Tentang Kelahiran ( saya dan njenengan ini Barang Anyar,alias Hanya Barang Baru ) yang punya harapan agar menetas apa yang Kita Inginkan selama ini , apa yang Menjadi Harapan Harapan Kita semuanya .

************



" ๐‘บ๐’Š๐’“ ๐‘น๐’‚๐’‰๐’”๐’ ๐‘ช๐’‚๐’‰๐’š๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘น๐’‚๐’‰๐’”๐’ ,๐‘ด๐’–๐’• ๐‘ด๐’๐’š๐’ ๐‘ป๐’†๐’‹๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐‘ด๐’๐’š๐’"

( dibaca 21 x )



*********************


"

"๐‘ฏ๐’๐’๐’ˆ ๐‘พ๐’Š๐’๐’‚๐’‰๐’†๐’๐’ˆ ๐‘บ๐’†๐’Œ๐’‚๐’“๐’Š๐’๐’ˆ ๐’ƒ๐’‚๐’˜๐’‚๐’๐’‚ ๐’๐’‚๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’†๐’๐’ˆ, 

๐‘ฎ๐’๐’๐’…๐’๐’Ž๐’๐’๐’ ๐‘ฎ๐’๐’๐’…๐’๐’Ž๐’‚๐’”๐’•๐’–๐’•๐’Š, ๐’๐’๐’•๐’๐’˜๐’Š๐’ˆ๐’†๐’๐’ ๐‘ด๐’‚๐’‰๐’–๐’ˆ๐’†๐’๐’, ๐’†๐’”๐’•๐’Š ๐’•๐’‚๐’‘๐’‚๐’Œ ๐’”๐’–๐’Ž๐’‚๐’“๐’‚๐’‰๐’†๐’๐’ˆ " (dibaca 21 x )


HONG WILAHENG " duh Gusti/  Ya Tuhan" .

"sekaring bawono Langgeng " Engkaulah Yang Menguasai Keharuman Alam semesta ini : Ciptanya Kehidupan , Berjalannya Kehidupan , dan Hancurnya Kehidupan,

Engkaulah sang awal dan Sang Ahir ......


"Gondomono Gondomastuti " Engkau adalah asal dari segala sesuatu dan Engkau adalah Tujuan dari Segala Sesuatu ,


" ontowigeno mahugeno ' yang awalnya Tidak ada menjadi tidak ada.  ( yang Ada Hanyalah Yang Maha Meng-Ada-kan)


"esti tapak sumaraheng" sejatinya Hamba Hanya Berpasrah diri KepadaMu Tuhan.

********************


๐—–. ๐—ž๐—ถ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ด ๐—ฅ๐˜‚๐—บ๐—ฒ๐—ธ๐˜€๐—ฎ ๐—œ๐—ป๐—ด ๐—ช๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ถ

( kidung Raden Sahid/ kanjeng sunan Kalijaga)

 Tembang Jawa Kuno berisi doa  untuk Keslametan, Juga bisa ditambah dengan  kidung kidung lainnya Seperti KIDUNG ARTATI dll.


๐——. ๐——๐—ต๐˜‚๐—ต ๐—š๐˜‚๐˜€๐˜๐—ถ ๐—›๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ผ๐—ต๐—ผ ๐—ž๐˜‚๐—ผ๐˜€๐—ผ ๐—ž๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ผ ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฑ๐˜‚๐—ธ๐—ผ ๐—›๐—ฎ๐—ป๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ป ๐—š๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐˜‚๐—น๐—ผ. ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ฑ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐——๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ฑ ๐—ž๐—ฎ๐˜€๐˜‚๐—ป๐˜†๐—ฎ๐˜๐—ฎ , ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฒ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฑ๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ด , ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ฃ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ต ๐——๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—š๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—Ÿ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ด .๐—œ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ถ๐—ต ๐—ฆ๐—ฎ๐—ด๐—ฒ๐—ฑ๐—ผ ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐˜‚๐—น๐—ผ ๐—›๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฟ๐—ฎ๐—ผ๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฒ๐—ป ๐— ๐˜‚๐—ธ๐—ท๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—š๐˜‚๐˜€๐˜๐—ถ ๐—›๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ผ๐—ต๐—ผ ๐—ž๐—ฎ๐˜„๐—ผ๐˜€๐—ผ.



๐—˜ . ๐— ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฟ๐—ฎ ๐—–๐—ฎ๐—ฟ๐—ผ๐—ธ๐—ผ ๐—ช๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ธ


Caroko walik dan Rajah Kalacakra adalah Bagian dari Mantra Sastra Jendra Hayuningrat Pangruating Diu Pangroating Barang Sakalir.



Sastra adalah "Kata" Jendro Artinya " Tuhan " .


sastro jendro artinya "sabda Tuhan" ,


Hayuningrat artinya "Keselamatan"


"Pangruating" berasal dari Kata Ruatan/Pembersihan/ Pemurnian /pengenolan/Pengosongan, Dari hal hal Yang Bersifat Diu , "diu" adalah Raksasa yang artinya Hal hal Yang Bersifat raksasa atau Angkara Murka.


"Sabda Tuhan Untuk Keselamatan dan Pembersihan dari Energi Negatif ( Sifat Angkara Murka dalam diri seseorang )


Mantra sastra jendra Hayuningrat Terbagi Menjadi Tiga sesuai yang digunakan Oleh Dalang dalang Ruatan Untuk Meruat orang orang sukerto Atau Untuk orang orang Yang menerima musibah karna perbuatan buruknya (sengkolo) .



๐— ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฟ๐—ฎ ๐—–๐—ฎ๐—ฟ๐—ผ๐—ธ๐—ผ ๐—ช๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ธ adalah Langgam Ha Na Ca Ra Ka dan seterusnya  yang dibaca dengan Cara Terbalik .

Text Jika dalam Tulisan Sebagai Berikut : 

๊ง‹๊ฆ” ๊ฆ› ๊ฆง ๊ฆ’ ๊ฆฉ ๊ฆš ๊ฆช ๊ฆ— ๊ฆฃ ๊ฆฅ ๊ฆญ ๊ฆฎ ๊ฆฑ ๊ฆ  ๊ฆฃ ๊ฆ ๊ฆซ ๊ฆ• ๊ฆค ๊ฆฒ

" Ngo Tho Bo Go Mo Nyo Yo Jo Dho Po Lo Wo So To Do Ko Ro Co No Ho "


***********

Ket : Caroko walik Juga Biasa digunakan untuk Wiridan oleh Orang orang jawa terdahulu  Guna menjadikannya sebagai Doa Pengobatan , Tolak Balak, melawan Gangguan Jin dan Sihir.

***********

๐Œ๐š๐ง๐ญ๐ซ๐š  ๐‘๐š๐ฃ๐š๐ก ๐Š๐š๐ฅ๐š๐œ๐š๐ค๐ซ๐š 


Text dalam Tulisan :

1.๊ฆช๊ฆฉ๊ฆซ๊ฆ—๊ฆ—๊ฆซ๊ฆฉ๊ฆช ( yamaraja Jaramaya )


2. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆซ๊ฆค๊ฆถ๊ฆค๊ฆถ๊ฆซ๊ฆฉ๊ฆช (yamarani Niramaya)


3. ๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆญ๊ฆฅ๊ฆฅ๊ฆญ๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasilapa palasiya )


4. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆซ๊ฆซ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆช ( Yamidora Radomiya )


5. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฑ๊ฆฑ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆช ( Yamidosa sadomiya )


6. ๊ฆช๊ฆฃ๊ฆช๊ฆธ๊ฆฃ๊ฆ๊ฆช๊ฆธ๊ฆฃ๊ฆช ( Yadayuda dayudaya )


7. ๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช๊ฆ•๊ฆ•๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasiyaca cayasiya )


8.๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆฒ๊ฆฉ๊ฆฉ๊ฆฒ๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasihama mahasiya )




Cara Pengucapan / Cara Membaca  dengan Benar Beserta Maknanya Sebagai Berikut :



1. "Yomorojo joromoyo "


Artinya :


Yomorojo = wahai yang Membawa Kematian


Joromoyo = Hancurlah daya Kekuatannya !




2. "Yomarani Niramayo" 


Artinya :


Yomarani = Sing marani /Wahai Yang Mendatangi 


Niramayo = Hilanglah tanpa Jejak !




3. "Yosilopo polosiyo"


Artinya :


 Lopo /penderitaan, yosilopo = Hai yang Membawa kesengsaraan, polosiyo = dihukumlah Engkau ! / dipolo = dihukum




4. "Yomiduro radomiyo "


Dibaca Ketika Menghadap Arah Wetan/Timur.


Artinya :


Dur bermakan Goroh/Kebohongan = hai yang Mau menipu/ memanfaatkanku 


Radomiyo = Menjauhlah !




5. "Yomiduso Sadomiyo"


Artinya :


Yomiduso = Hai yang membawa Dosa 


sadomiyo = Menjauhlah !




6. "Yoda yudo dayu doyo"


Artinya:


Yudo = peperangan / Hai yang memerangiku memusuhiku


Dayu = hilang, dhoyo = kekuatan, 


 dayu doyo = Hilanglah Kekuatanmu !




7. "Yosiyoco coyosiyo"


Artinya :


Yosiyoco = yang mengajak hal hal yang Merugi


Coyosiyo = bertaubatlah Kamu !




8. "Yosihomo Mohosiyo"


Artinya:


Homo adalah penyakit atau hal hal yang Merugikan , 


Mohosiyo = jadilah Engkau menjadi Kesembuhan /Manfaat / Menguntungkan.



**********

Ket :

Bisa dibaca 8 kali untuk dibaca sendiri ketika meruwat diri.

Juga bisa dibacakan pada 8 penjuru arah mata angin , Satu Mantra untuk Satu Arah, Bisa dimulai dari arah wetan/Timur.

 Wetan artinya kawiwitan Atau awal dari sebuah hari ,Arah Terbitnya Matahari.

Maka Hari yang Baik adalah Hari yang kita mulai dengan perbuatan yang Baik-baik , Duduk sejenak setalah Bangun Pagi  Mengatur Nafas Dengan Stabil, Merasakan Nafas yang masuk dan Keluar dari Rongga Hidung, Selaras Dengan Kesadaran dan Rasa Syukur. 


*********************

cara Membaca Mantra Kala cakra ketika untuk meruat tempat tempat tertentu seperti rumah atau tempat dagang selalu dibaca Dengan Telapak tangan kanan menghadap kedepan, dan tangan kiri memegang dada, baca Mantra pertama

Setelah selesai kemudian Menghadap Serong kanan dan Membaca Mantra Kedua. 

serong kanan Lagi Kemudian Membaca Mantra Ke tiga begitupun arah seterusnya Mengikuti arah jarum Jam ( ke kanan) sampai Mantra Ke Delapan ( yang berbunyo Yosihomo Mohosiyo ).

********


๐†. Tembang ๐’๐š๐ฌ๐ญ๐ซ๐š ๐๐ž๐๐ก๐š๐ญ๐ข


๐‡.๐ฒ๐š๐ฆ๐ฎ๐ค๐ข๐ง๐ข๐ง๐ฎ


๐ˆ.๐˜๐š๐ค๐š๐ฅ๐š๐ฒ๐ฎ


๐‰.๐๐ž๐ง๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฉ ( ๐๐ž๐ซ๐๐จ๐š ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฒ๐š๐ค๐ข๐ง๐š๐ง ๐Œ๐š๐ฌ๐ข๐ง๐  ๐ฆ๐š๐ฌ๐ข๐ง๐  )


sumber Versi Kedaton Mangkunegaran, yang Juga di pakai Oleh Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.



Rahayu Sagung Dumadi ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

Panca Sukma pusaka Senin Manis 29 april 2024.







Makna Membersihkan Merawat Pusaka Jamasan Dan Wewangian

Makna dibalik Merawat Pusaka, Membersihkan Pusaka / Jamasan, Mewangini : Minyak Wangi dan Bakaran Dupa.


๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ ๐—ฆ๐˜‚๐—ธ๐—บ๐—ฎ ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ

A. ๐—•๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—•๐—ถ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ.
Biasa dilakukan Pada Bulan Suro atau dalam Bahasa lamanya adalah Bodro warno artinya awalan becik/ wiwitan becik,
" Bodro warno adalah awalan yang baik untuk memulai sesuatu Yang Baik, dan awalilah dengan Kebaikan kebaikan" 
Doa doa dengan harapan Baik, doa doa dengan Penuh rasa syukur , diadakanlah Kendurian , Slametan, Tumpengan, dan sebagainya Yang Intinya adalah sodaqoh Belajar Ikhlas Untuk Bersedekah.

B.๐—•๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ฝ๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ๐—•๐˜‚๐—ฑ๐—ต๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ธ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ถ
Filosofi Merawat Pusaka Adalah Merawat Hati Nurani Kita sendiri, Tujuan membersihkan pusaka adalah membersihkan pusaka inti di dalam diri.

C.๐—๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ป / ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ
Sepertihalnya pusaka yang Memiliki 2 bagian penting: ada wadah dan juga isi. Wadah ibarat tubuh kita sedangkan isi adalah Hati Nurani / Fikiran / Naluri / insting/prasangka/dan semangat kita , yang sering Kita Lupa untuk Membersihkan.
Sehingga Merawat pusaka disini Hanya tembung sanepan atau Kata perumpaman saja , sebagai pengeling eling.

Sepertihlnya Besi yang Bisa Nieng /Berkarat begitupun dengan Hati dan fikiran juga bisa berkarat . Buruk sangka, perasaan iri , Sukar menerima Masukan dan Nasehat serta sifat sifat buruk lainnya adalah karat karat di dalam hati. , Oleh karna Itu Kita bersihkan bilah Pusaka Juga tidak melupakan untuk Membersihkan pusaka inti di dalam Diri..

D. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐—บ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฃ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ ๐——๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ช๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ถ ๐˜„๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ถ๐—ฎ๐—ป.
Mengharumkan Hati Nurani.
Selain membersihkan itu kita juga dianjurkan untuk Memberi wewangian pada pusaka dengan minyak wangi , artinya Mengisis Menanamkan Kebaikan kebaikan kepada Hati dengan hal hal yang Harum , Hal hal yang wangi, Hal hal baik yang bersifat Positif , seperti : Tirakatan, belajar sabar ,Belajar tawakal, Belajar Ngapuro kepada Orang lain, kita belajar Menghargai nikmat dan karunia dari Tuhan untuk lebih Bersyukur ,juga menghargai Orang orang disekeliling kita , lebih percaya ,lebih andap asor , lebih Welas asih, lebih cinta kasih, 
Itu adalah Tujuan mewangini Pusaka , Lain dengan Maksud memberi makan atau Tujuan diluar Kemurnian Budaya Nuswantara..

๐—•๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐——๐˜‚๐—ฝ๐—ฎ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐—ž๐—ฒ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—ป
Mewangini Fikiran kita.
Begitu Juga dengan Bakaran dupa atau Kemenyan, artinya Mewangini Mengisi fikiran kita dengan Ilmu ilmu yang Baik, dengan inspirasi yang baik, Membaca buku, Belajar, Tukar pikiran, Berdiskusi dengan Orang lain, dan lebih Optimis.

 Dengan lebih Optimis semoga Akan banyak berkah tuhan yang akan kita terima Kedepan , Harapan harapan Tercapai , dan doa doa yang Baik Dikabulkan.

Maka setelah pusaka itu di wangi wangini, Tidak lupa Juga Membacakan do'a do'a ,

Dijawa sendiri lebih dikenal dengan wirid Agung/ Sidikoro pusoko, Yang intinya mendoakan Pusaka yang Telah Kita Rawat, dengan Meditasi , dengan wirid, dan mantra ( doa doa dalam Bahasa Jawa ).

Peninggalan Leluhur Yang Perlu dilestarikan Mantra doa doa Kuno Dalam Bahasa Jawa

Rajah Kalacakra





Rajah Kalacakra adalah Bagian dari Mantra Sastra Jendra Hayuningrat Pangruating Diu Pangroating Barang Sakalir.


Sastra adalah "Kata"  Jendro Artinya " Tuhan " .

sastro jendro artinya "sabda Tuhan" ,

Hayuningrat artinya "Keselamatan"

"Pangruating" berasal dari Kata Ruatan/Pembersihan/ Pemurnian /pengenolan/Pengosongan, Dari hal hal Yang Bersifat Diu , "diu" adalah Raksasa yang artinya Hal hal Yang Bersifat raksasa atau Angkara Murka.

"Sabda Tuhan Untuk Keselamatan dan Pembersihan dari Energi Negatif ( Sifat Angkara Murka dalam diri seseorang )

Mantra sastra jendra Hayuningrat Terbagi Menjadi Tiga sesuai yang digunakan Oleh Dalang dalang Ruatan Untuk Meruat orang orang sukerto Atau Untuk orang orang Yang menerima musibah karna perbuatan buruknya (sengkolo) .


1. Mantra Caroko Walik

Yang pertama mulai dari Terendah adalah " Caroko walik " yaitu Bacaan Honocoroko dan seterusnya Dengan cara Terbalik.


A. Text Jika dalam Tulisan Sebagai Berikut  : 


๊ง‹๊ฆ” ๊ฆ› ๊ฆง ๊ฆ’ ๊ฆฉ ๊ฆš ๊ฆช ๊ฆ— ๊ฆฃ ๊ฆฅ ๊ฆญ ๊ฆฎ ๊ฆฑ ๊ฆ  ๊ฆฃ ๊ฆ ๊ฆซ ๊ฆ• ๊ฆค ๊ฆฒ

Nga Tha Ba Ga Ma Nya Ya Ja Dha Pa La Wa Sa Ta Da Ka Ra Ca Na Ha


B. Dalam Pengucapan atau cara Membacanua Sebagai Berikut  : 


" Ngo Tho Bo Go Mo Nyo Yo Jo Dho Po Lo Wo So To Do Ko Ro Co No Ho "


Biasa digunakan untuk Wiridan oleh Orang orang jawa terdahulu Guna menjadikannya sebagai Doa Pengobatan , Tolak Balak, melawan Gangguan Jin dan Sihir.


2 . Mantra Rajah Kalacakra

Yang kedua adalah rajah Kalacakra ,


A.Text jika Dalam Tulisan Sebagai Berikut :


1.๊ฆช๊ฆฉ๊ฆซ๊ฆ—๊ฆ—๊ฆซ๊ฆฉ๊ฆช ( yamaraja Jaramaya )

2. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆซ๊ฆค๊ฆถ๊ฆค๊ฆถ๊ฆซ๊ฆฉ๊ฆช (yamarani Niramaya)

3. ๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆญ๊ฆฅ๊ฆฅ๊ฆญ๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasilapa palasiya )

4. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆซ๊ฆซ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆช ( Yamidora Radomiya )

5. ๊ฆช๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฑ๊ฆฑ๊ฆฃ๊ฆบ๊ฆด๊ฆฉ๊ฆถ๊ฆช ( Yamidosa sadomiya )

6. ๊ฆช๊ฆฃ๊ฆช๊ฆธ๊ฆฃ๊ฆ๊ฆช๊ฆธ๊ฆฃ๊ฆช ( Yadayuda dayudaya )

7. ๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช๊ฆ•๊ฆ•๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasiyaca cayasiya )

8.๊ฆช๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆฒ๊ฆฉ๊ฆฉ๊ฆฒ๊ฆฑ๊ฆถ๊ฆช ( Yasihama mahasiya )


B.Dalam pengucapan atau Cara Membacanya Sebagai Berikut  :


1.Yomorojo joromoyo 

Artinya :

Yomorojo = wahai yang Membawa Kematian

Joromoyo = Hancurlah daya Kekuatannya !


2.Yomarani Niramayo 

Artinya :

Yomarani = Sing marani /Wahai Yang Mendatangi 

Niramayo = Hilanglah tanpa Jejak !


3.Yosilopo polosiyo

Artinya :

 Lopo /penderitaan, yosilopo = Hai yang Membawa kesengsaraan, polosiyo = dihukumlah Engkau ! / dipolo = dihukum


4. "Yomiduro radomiyo "

Dibaca Ketika Menghadap Arah Wetan/Timur.

Artinya :

Dur bermakan  Goroh/Kebohongan = hai yang Mau menipu/ memanfaatkanku 

Radomiyo = Menjauhlah !


5.Yomiduso Sadomiyo

Artinya :

Yomiduso = Hai yang membawa Dosa 

sadomiyo = Menjauhlah !


6.Yoda yudo dayu doyo

Artinya:

Yudo = peperangan / Hai yang memerangiku memusuhiku

Dayu = hilang, dhoyo = kekuatan, 

 dayu doyo = Hilanglah Kekuatanmu !


7.Yosiyoco coyosiyo

Artinya :

Yosiyoco = yang mengajak hal hal yang Merugi

Coyosiyo = bertaubatlah Kamu !


8.Yosihomo Mohosiyo

Artinya:

Homo adalah penyakit atau hal hal yang Merugikan , 

Mohosiyo = jadilah Engkau Menguntungkan.


Bisa dibaca 8 kali untuk dibaca sendiri ketika meruwat diri.

Juga bisa dibacakan pada 8 penjuru arah mata angin , Satu Mantra untuk Satu Arah, Bisa  dimulai dari arah wetan/Timur , 

 Wetan artinya kawiwitan Atau awal dari sebuah hari, Awalan yang Baik dimulai Dari Awal.

Membaca Dengan Telapak tangan kanan menghadap kedepan,  dan tangan kiri memegang dada. Serong kanan , dan Membaca Mantra Kedua ,serong kanan Lagi Kemudian Membaca Mantra Ke tiga begitupun arah seterusnya Mengikuti arah jarum Jam ( ke kanan) sampai Mantra Ke Delapan ( Yosihomo Mohosiyo ).



 

Rabu, 24 April 2024

Sejarah Kebumen dan Pangeran Bumidirja

 






Sillsillah Pangeran Bumidirjo / Kiyai Bumi Kabumian

 yang Berkaitan erat dengan sejarah Kota kebumen.


RIWAYAT HIDUP PANGERAN BUMIDIRJO


               Raden Mas Jolang yang bergelar Sri Susuhunan Hadi Prabu Hanyokrowati atau Panembahan Seda Krapyak yang memerintah Kasultanan Mataram Pada Tahun 1601- 1613 dikaruniai 4 orang putra dari 2 orang permaisuri yaitu : dari Permaisuri yang bernama Kanjeng Gusti Ratu Mas Hadi Dyah Banowati putri Pangeran Benowo  dari Kerajaan Pajang malahirkan :


      1. Raden Mas Rangsang Pada Tahun 1593 M yang kelak

      dikemudian hari setelah menjadi Raja Mataram bergelar  

      Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo .

      2. Ratu Mas Sekar Pandan sari yang kelak dikemudian hari

       menjadi istri Pangeran Pekik dari Surabaya.


      dari Permaisuri yang bernama Kanjeng Gusti Ratu Tulung 

      Ayu Putri Kyai Ageng Ponorogo  melahirkan :

       3.  Raden Mas Wuryah Pada Tahun 1605 di Kotagede  semasa

       hidupnya Raden Mas Wuryah pernah dinobatkan menjadi

       Raja sehari yaitu Pada Tahun 1613 bergelar Kanjeng Adipati

       Martopuro atau yang dikenal Adipati Martogerah Paringno

       Tamangsan, dan setelah meninggalkan kehidupan yang

       mewah di Keraton dan memilih hidup sederhana dan menyepi

       dengan Para santri dan Para Ulama di Selarong maka dikenal

       sebagai Pangeran Selarong atau Panembahan Selarong I,

       wafat Tahun 1669 M akibat dibunuh oleh Pasukan Telik Sandhi Keraton utusan Kanjeng Sunan Amangkurat I , di Desa Bareng, Kuwel dekat Delanggu,dimakamkan di Pasareyan Banyusumurup dekat Pesareyan Imogiri  Yogyakarta.

      4.  Pangeran Bumidirjo lahir di Kotagede pada tahun 1609 ,dan wafat tahun 1688 dimakamkan di Desa Karangrejo berbatasan dengan Desa Lundong, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, yang kelak dikemudian hari menjadi dasar sejarah lahirnya kota Kebumen.    


              Pangeran Bumidirjo  adalah seorang bangsawan juga sebagai ulama dari Kerajaan Mataram Islam  yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Pangeran Bumidirjo karena semasa hidupnya  dikenal sebagai bangsawan yang sangat berjasa dalam hal pengembangan syiar islam di bumi Mataram.    

              Awalnya beliau ditugaskan untuk menjabat sebagai Dewan penasehat  Kerajaan (Parampara ) khususnya dalam bidang keagamaan  pada masa tahta Kerajaan Mataram masih dijabat oleh kakaknya lain ibu yaitu Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo  ( Tahun 1613 โ€“ 1645),

              Pada saโ€™at itu Kyai Pangeran Bumidirjo senantiasa mengingatkan Rajanya agar menjunjung tinggi nilai nilai Kemanusiaan , keadilan dan kebenaran,  Beliau senantiasa memegang teguh prinsip bahwasanya seorang Raja harus berlaku adil dan bijaksana serta mengutamakan mensejahterakan rakyatnya. Beliau juga sangat peduli  terhadap nasib  fakir miskin dan selalu membela kepentingan kaum yang lemah apalagi tertindas selain dari pada itu juga sangat dekat dengan kaum santri dan Para Ulama.

               Namun ketika  Kanjeng  Sultan Agung mangkat dan digantikan oleh putra mahkotanya yaitu Raden Mas Sayidin naik tahta dan bergelar Kanjeng  Sunan Amangkurat Agung  ( Kanjeng Sunan Amangkurat  I ) yang berkuasa Tahun 1645 โ€“ 1677  , ternyata Penguasa yang baru ini mempunyai sifat yang berbeda dengan ayahandanya, hal ini dapat dimaklumi karena Kanjeng Sunan Amangkurat I telah menjalin hubungan yang akrab dengan pihak VOC Belanda ,dengan sendirinya telah mempengaruhi pandangan hidup dan kebijaksanaan politiknya, selain daripada itu Kanjeng  Sunan Amangkurat I yang pada saโ€™at itu memegang tampuk kekuasaan yang sangat besar  warisan dari ayahandanya nyata-nyata menunjukan sifat-sifat yang kurang terpuji , dan  sepertinya sudah tidak merasa membutuhkan lagi nasehat-nasehat beliau. Malah sering kali berselisih paham, Sehubungan  Kanjeng Sunan  Amangkurat I dalam menjalankan Pemerintahannya bertindak secara hejam dan sewenang-wenang dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golonganganya dari pada mensejahterakan rakyatnya serta sering kali menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dan dianggap sebagai lawan dari pada politiknya serta  telah nyata-nyata melanggar norma-norma kemanusiaan ,keadilan dan kebenaran.


                   Hingga pada suatu hari  Pangeran Bumidirjo hilang kesabarannya setelah menerima suatu permasalahan yang menjadikan hatinya sedih dan prihatin  yaitu setelah mengetahui adanya suatu perkara hukum, berupa hukuman qishos yang akan dijatuhkan kepada mertuanya sendiri yaitu Pangeran Pekik dan keluarganya ,maka dengan segera beliau memberanikan diri untuk mengingatkan  dengan memberikan nasehat kepada keponakanya tersebut untuk tidak menjatuhkan hukuman qishos ( penggal kepala )  kepada Pangeran Pekik ( Tahun 1659 ) karena dianggapnya hukuman terebut tidak adil dan sepadan dengan kesalahan yang dilakukannya, mengingat Pangeran  Pekik tersebut telah berjasa besar pada saat Kerajaan diperintah  oleh  Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo  yaitu berjasa dalam merebut kembali daerah  Surabaya kepangkuan Mataram dan memadamkan Pemberontakan Sunan Giri , akan tetapi Kanjeng  Sunan  Amangkurat I tidak menghiraukan peringatan  dan nasehat tersebut dan malah sebaliknya telah berprasangka buruk dan murka karena menganggap bahwa Pangeran Bumidirjo telah ikut campur dalam urusan pribadinya  dan dianggap bermaksud menggagalkan keinginan Kanjeng Sunan untuk menjatuhkan hukuman qishos terhadap Pangeran Pekik dan keluarganya tersebut  yang dianggap sudah menjadi keputusan yang tidak dapat diganggu gugat.  Selanjutnya mempunyai rencana jahat untuk menghancurkan kehidupan Pangeran Bumidirjo dan keluarganya dan mohon bantuan berupa sumbang saran pemikiran dan pendapat kepada orang-orang yang dekat dengan kursi Pemerintahannya , kemudian kesempatan tersebut dimanfaatkan Para penasehat Keraton yang berhati dengki dan mempunyai dendam pribadi  terhadap Pangeran Bumidirjo kemudian  menghasudnya dan menyarankan Kanjeng Sunan untuk  mengatur siasat dan membuat reka perdaya agar Pangeran Bumidirjo masuk kedalam suatu perangkap  fitnah, sehingga dapat dijatuhi  hukuman yang berat, yang semestinya tidak diterimanya  seperti yang dialami oleh Pangeran Pekik pada Tahun 1659 maupun Pangeran Selarong  I ( Raden Mas Wuryah / Adipati Martopuro) pada Tahun 1669 ,juga Para Ulama maupun Para Santri yang dianggapnya telah bersebrangan paham maupun sebagai lawan politiknya,  namun sebelum niat jahat Sunan Amangkurat I terlaksana , rencana tersebut telah diketahui oleh Pangeran Bumidirjo  yang sebenarnya tidak lain sebagai pamannya sendiri tersebut, setelah melihat situasi dan kondisi yang kelihatannya sudah tidak aman ,Atas dasar pertimbangan untuk keselamatan diri dan keluarganya  maka Pada waktu yang telah ditentukan Pangeran Bumidirjo memutuskan untuk menanggalkan semua pangkat kerajaannya dan pakaian kebesarannya sebagai  keluarga besar Keraton Mataram,pada saโ€™at itu Keraton Mataram berkedudukan di Plered, kemudian secara diam-diam Pangeran Bumidirjo beserta keluarga dan Para pengikutnya keluar dari keraton pada malam hari dan pergi mengungsi  ke arah barat untuk mengasingkan diri hingga sampai disuatu daerah yang pada saโ€™at itu termasuk  dalam wilayah Kademangan Panjer Pada Tahun 1670 M. setibanya didaerah Panjer Pangeran Bumidirjo beserta keluarga dan diiringi oleh tiga orang abdi dalem yang setia dan para pengikutnya diterima dengan baik oleh Penguasa Panjer yang pada saat itu dijabat oleh Ki Hastosutro yang bergelar Ki Panjer Roma II ( Tahun 1657 โ€“ 1677 M  ) dan mendapat izin tempat tinggal serta menerima hibah tanah untuk tempat kediamannya yang letaknya 3 pal kearah selatan dan ยฝ pal kearah timur di sebelah utara kelokan  sungai Luk ulo  Kebumen,  Ki Hastrosuto atau Ki Panjer Roma II adalah adik dari Ki Kertosuto yang menjadi patih Bupati Panjer pada saat itu, sedangkan Ki Hastrosuto dan Ki Kertosutro adalah putra Ki Bagus Badronolo  yaitu cicit Panembahan Senopati yang dinobatkan sebagai Ki Gede Panjer Lembah / Ki Panjer Roma I ( Tahun 1642 โ€“ 1657 M ), yang semasa hidupnya  adalah orang yang berjasa dalam menggagalkan pendaratan pasukan VOC di Petanahan dan berjasa pula sebagai prajurit pengawal perbekalan pangan ke Batavia ketika Sultan Agung masih berkuasa.

                 Di Kademangan Panjer Pangeran Bumidirjo dan para pengikutnya mulai membuka tanah            ( trukah ) yang pada saโ€™at itu masih berupa hutan lebat dan mendirikan Padepokan sehingga daerah tersebut lama kelamaan menjadi suatu pedukuhan , dan didaerah tersebut Pangeran Bumidirjo menanggalkan nama kebangsawanannya berganti nama menjadi Kyai Bumi atau disebut Ki Bumi,dengan maksud agar tidak dikenali oleh Pasukan Telik sandhi  Keraton yang pada saat itu ditugasi untuk mencari dan menangkapnya untuk dibawa pulang kembali ke Keraton oleh Sunan Amangkurat I,  

                Semakin hari keberadaan Padepokan Ki Bumi ternyata  semakin berkembang pesat sehingga banyak diketahui orang  hingga keluar daerah Panjer yang menyebabkan  banyak orang yang berkunjung  untuk bersilaturahmi dengan maksud bertukar pikiran  untuk menambah wawasan atau menimba ilmu pengetahuan agama dan ilmu sosial kemasyarakatan di Padepokan tersebut,  sehubungan hal tersebut akhirnya menimbulkan rasa ke khawatiran Ki Hastrosuto maupun Ki Kertosuto sebagai Penguasa daerah tersebut, apalagi semenjak keberadaan persembunyian Ki Bumi di Kademangan Panjer telah diketahui oleh Pasukan Telik sandhi yang telah ditugaskan  Kanjeng Sunan Amangkurat I,  sedangkan  Pangeran Bumidirjo adalah salah satu tokoh penting yang  menjadi daftar orang yang paling dicari untuk dikembalikan  dari pengasingan  oleh pihak Keraton, meskipun demikian sudah beberapa kali Telik sandhi  yang diutus pihak Keraton untuk menemui Pangeran Bumidirjo dan membujuknya agar beliau pulang ke Keraton mengalami kegagalan karena  Ki Bumi selalu menolaknya dengan secara arif dan bijaksana , malah sebaliknya karena tidak berhasil membawa pulang  Pangeran Bumidirjo maka  Para Telik Sandi tersebut memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Keraton karena  takut mendapat hukuman yang berat  dan memilih menjadi pengikut Ki Bumi , diantara utusan keraton sebagai Telik Sandhi tersebut adalah Udakara dan Surakarti ,sementara dilain pihak dikarenakan merasa khawatir dan merasa sudah tidak aman dan terancam keselamatannya , karena dikhawatirkan adanya kesalah pahaman  oleh pihak Keraton dan disangkanya telah ikut berperan serta dalam menyembunyikan Pangeran Bumidirjo, akhirnya Ki Hastrosuto / Ki Panjer Roma II  dan Tumenggung Wongsonegoro ( Ki Panjer Gunung ) memutuskan untuk  menghindarkan diri dan pergi dari Kademangan Panjer   


          Demikian pula  yang dialami Ki Bumi atau Pangeran Bumidirjo beserta keluarga dan Para pengikutnya ,sehubungan tempat persembunyian nya telah diketahui oleh pihak Keraton maka demi keamanan dan  keselamatannya juga memutuskan untuik menghindarkan diri kembali dengan  mengungsi  keluar Dari Kademangan Panjer ,sementara itu Padhepokan Ki Bumi diserahkan kepada Para pembantu setianya yaitu Ki Diporejo,Ki Basek, Ki Tromo, Ki Taman, Ki Banar, Ki Mangun dan Ki Ketug. Dan yang mendapat kepercayaan untuk menempati dan mengurus rumah kediamannya adalah Ki Diporejo, sedangkan yang lainnya menyebar disekitar Padepokan tersebut.

               Pada saโ€™at mengungsi Ki Bumi dan Keluarga serta Para pembantu setianya diantar oleh Para warga masyarakat dengan berjalan kaki mengambil jalur dari arah utara,  namun sesampainya di daerah Selang Para pengantar dianjurkan untuk kembali lagi ke rumahnya masing- masing , peristiwa tersebut diperingati dengan tradisi pasar senggol Selang, kemudian bermalam disuatu daerah yang sekarang bernama Lerepkebumen ,ke esokan harinya terus dilanjutkan kearah timur kemudian  kearah selatan dan berhenti didaerah Karang yang sekarang ini disebut masuk dalam wilayah Desa Lundong Kec Kutowinangun Kab Kebumen, ditempat tersebut Kyai Bumi atau Pangeran Bumidirjo menetap dan dalam kesehariannya memilih menjadi masyarakat biasa dan bermata pencaharian sebagai petani kemudian dalam hubungan dengan warga masyarakat, beliau ikut berperan serta secara aktif dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan hingga akhir hayatnya ,


                Adapun dari keturunan  anak cucu buyut cicit  P.Bumidirjo dan pembantu setianya banyak yang memilih menjadi santri dan petani sehingga dapat meneruskan perjuangan syiar islam di Kademangan Panjer sebagaimana yang telah diamanatkan para sesepuhnya terdahulu, sehingga didaerah Kademangan Panjer Pada periode Tahun 1710 โ€“ 1833 sudah banyak berdiri Pondok โ€“ pondok Pesantren , hanya saja dikarenakan  Pondok-pondok Pesantren tersebut dianggap telah dijadikan markas pasukan P.Diponegoro dalam menyusun kekuatan dalam peperangan menghadapi pasukan VOC Belanda , untuk itulah  pada saโ€™at terjadinya penyerbuan pasukan VOC Belanda ke Kotaraja daerah Kademangan Panjer Pada Tahun 1833 , Pondok-pondok Pesantren tersebut banyak yang dihancurkan oleh pasukan tentara VOC Belanda, sehingga Pondok-pondok Pesantren tersebut banyak yang dialihkan pendiriannya kedaerah pinggiran Kademangan Panjer.    

              

                     Kanjeng Pangeran Bumidirjo atau Ki Bumi hingga akhir hayatnya dikaruniai 4 orang putra yaitu : Ki Gusti, Ki Bekel, Ki Bagus dan Nyi Ageng, Wafat dan dimakamkan di Desa Karangrejo perbatasan dengan Desa Lundong, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, JAWA-TENGAH.

                    Setelah wafatnya Pangeran Bumidirjo maka sesepuh didaerah tersebut diteruskan oleh putranya yaitu  Ki Bekel, setelah Ki Bekel wafat sesepuh  diteruskan oleh Ki Honggoyudo yang menjabat sebagai Demang Kutowinangun ke I, setelah Ki Honggoyudo wafat maka kasepuhan digantikan oleh putranya Ki Honggodiwongso sebagai Ki Demang Kutowinangun II

                     

Adapun diantara wasiat Kanjeng Pangeran Bumidirjo untuk Putra-Putrinya,Cucu-cucunya,

Buyut-buyutnya dan keturunan selanjutnya adalah dilarang menggunakan nama dengan bergelar Raden, karena menurut faham Kanjeng Pangeran Bumidirjo bagi keturunanya kelak, menyatakan bahwa bagi keturunannya yang mempunyai sifat terpuji seperti berbudi pekerti yang baik sebagaimana yang telah dicontohkan  Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada gelar Raden, oleh karena itulah seluruh keturunannya kelak hanya diperbolehkan  menggunakan gelar Ki atau Nyi. 


Nama Kebumen konon berasal dari kata Kabumian yang berarti tempat tinggalnya Kyai Bumi pada Tahun 1670 M, setelah jadi tempat persembunyian Pangeran Bumidirjo dari Mataram pada saโ€™at berkuasanya Kanjeng Sunan Amangkurat I. ( Tahun 1645 โ€“ 1677 M )


โ€œ KUTIPAN DARI BABAD KEBUMEN โ€œ

                 Kanjeng Pangeran Bumidirjo murinani sanget sedanipun Pangeran Pekik , sirna kasabaranipun nggalih pun apadene mboten kekilapan bilih Negari Mataram badhe kadhatengan bebendu , puntonipun nggalih Kanjeng Pangeran Bumidirjo sumedya lolos saking Projo sarta nglugas rogo nilar kaluhuran , Kawibawan tuwin Kamulyan.

               Tindakanipun  Kanjeng Pangeran Bumidirjo sekantenan kasederekaken abdi dalem tetigo kang kinasih,

             Gancanging carios , tindakanipun wau sampun dumugi tanah Panjer ing sacelaking lepen luk ulo, ing ngriku pasitenipun sae lan waradin, toyanipun tumumpang nanging taksih wujud wana tarabatan, wana tarabatan sacelaking lepen luk ulo wau lajeng kabukak kadadosaken Pasabinan lan Pategilan sarta pakawisan ingkang badhe dipun dugi pedaleman

           Kanjeng Pangeran Bumidirjo lajeng dedephok wonten ing ngriku sarta kersa mbucal asma dados Kyai Bumi, sarehning ingkang cikal bakal naminipun  Kyai Bumi, milo ing ngriku kanama aken dhusun Kabumian lami-lami mingsed mungel dados Kebumen.

         Dhusun Kebumen tutrukahanipun Kyai Bumi wau ujuripun mangidul urut sapinggiring lepen luk ulo udakawis sampun wonten 3 pal dene alangipun mangetan udakawis ยฝ pal. 


 Dipetik dari berbagai sumber  oleh : Ki.Ibrahim Sutanto Bin Ki Sumarman 

Bin Ki Wongsorejo Bin Ki Honggowirono Bin Ki Honggowongso Bin Ki Wongsowijoyo 

Bin Ki Honggodiwongso Bin Ki Honggoyudo Bin Ki Bekel Bin P. Bumidirjo


Dan di susun ulang Oleh Cucu Ki.Soepeno Ronoprawiro ( Kebagoran) Bin Ki. Sandiman Ronodimedjo Bin Ki.Wiryamamad Kartodimedjo (Mbah kaum Gede) Bin Kyai.Surenggodo Ronodiwiryo bin Kyai.Djoyotaroeno Bin Kyai.Honggodiwongso Bin Kiyai. Honggoyudo bin R.M. Wuragil (lebih dikenal sebagai Kyai Kentol Wuragil) Bin R. Panji Prawirobumi (lebih dikenal sebagai Kyai Bekel) Bin Bandara Pangeran Harya Bumidirja (atau lebih dikenal sebagai Kiyai Bumi kabumian)  Bin Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati Ingalaga Mataram (katelah Panembahan Seda Krapyak) Bin ๐’๐š๐ฆ๐ฉ๐ž๐ฒ๐š๐ง ๐ƒ๐š๐ฅ๐ž๐ฆ ๐ˆ๐ง๐ ๐ค๐š๐ง๐  ๐‰๐ฎ๐ฆ๐ž๐ง๐ž๐ง๐  ๐Š๐š๐ง๐ ๐ฃ๐ž๐ง๐  ๐๐š๐ง๐ž๐ฆ๐›๐š๐ก๐š๐ง ๐’๐ž๐ง๐š๐ฉ๐š๐ญ๐ข ๐ˆ๐ง๐ ๐š๐ฅ๐š๐ ๐š ๐’๐š๐ฒ๐ฒ๐ข๐๐ข๐ง ๐๐š๐ง๐š๐ญ๐š๐ ๐š๐ฆ๐š


Wallahu a'lam.